Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). |
Paradigma merupakan basic seseorang untuk melakukan/berucap. Seperti contoh gambar ini yang tentunya pasti sudah berkeliaran di Internet (mungkin sudah banyak dari kita yang lihat): Spoiler for Pict: Apa yang Kamu lihat? 1. Seorang wanita cantik yang sedang menoleh, .. ?? atau 2. Seorang nenek..?? Apapun jawabannya, Kamu benar. Apa yang terjadi di dunia ini tidak lepas dari paradigma, perang, konflik horizontal, bentrok, semua berawal dari paradigma. Entah merasa bangga dengan sukunya, agama, nasionalisme, yang jelas bangga itu boleh, tetapi tidak dengan menghancurkan. |
Umur menjadi salah satu pembolak-balik paradigma seseorang. Bukankah Kita pernah berubah dengan pemahaman tertentu, seiring dengan bertambahnya umur. Tapi, sayang faktor umur tidak lantas secara otomatis membuat paradigma seseorang menjadi lebih baik. Ada orang-orang yang umurnya sudah tidak pantas untuk dianggap muda, masih saja tetap memandang dunia ini sempit, dan egois yang keluar. Seharusnya dengan bertambahnya umur, cara pandang seseorang akan bertambah, karena setidaknya ada 3 hal yang akan dilakukan oleh anak manusia ketika umurnya bertambah: 1. Jalan-jalan Pergi ke sekolah, menemui kota baru, tempat jajan baru, bahkan keluar negeri dapat membuat Kita melihat lebih banyak budaya dan kebiasaan yang jelas-jelas akan sangat berbeda dengan yang ada di rumah Kita masing-masing. Dan, ini seharusnya menimbulkan nilai filosofis yang baru, “Ohh, ternyata Saya tidak sendiri” , “Oh, ternyata disini habis makan berbeda sekali” , “Duit di negara ini beda banget” , “Ada saljunya disini” , nilai filosofis ini yang kemudian akan dikembangkan menjadi sebuah dasar yaitu “menerima perbedaan“ 2. Baca Buku Ada yang bilang, “membaca buku menggantikan perjalanan”, dengan membaca buku Kita dapat melihat “jendela” yang diberikan oleh penulis. Sehingga dapat menggantikan waktu, pengalaman pahit atau pun manis dari penulis. Dan, melihat sudut pandang berbeda dari penulis dalam melihat dunia, mungkin ada satu atau dua hal yang membuat Kita tidak setuju dengan penulis, dan ini menjadikan Kita lebih mudah menerima perbedaan. 3. Ketemu Banyak Orang Sekalipun orang yang menetap tinggal di dalam rumah, ia akan menemui orang baru, entah peminta, tetangga baru, sales, atau apapun itu. Dan, yang pasti antara satu manusia dengan manusia lainnya mempunyai sifat yang berbeda, dan hal ini kembali menunjukan rasa menerima perbedaan Saat Kita temui sebuah kelompok yang mengatasnamakan agamanya sendiri, mengaku merawat bumi, padahal malah merusak bumi. Kita tidak mudah menjudge agama tersebut, karena Kita tau bukan agamanya yang salah, tapi orangnya. |
Umur menjadi salah satu faktor dari paradigma seseorang, entah menjadi lebih baik atau lebih buruk. Bagaimanapun, saat umur bertambah, ketiga elemen di atas akan bertambah.
0 komentar:
Posting Komentar